Situasi yang sulit tidak menyurutkan semangat Gede Swardana untuk tetap belajar. Swar, demikian ia biasa dipanggil, adalah salah satu murid Amisewaka yang dapat dihandalkan. Lahir 19 tahun lalu di Desa nelayan Les (Tejakula – sebuah kecamatan di Kabupaten Buleleng di Bali utara, Indonesia) ia menghadapi masa-masa sulit sejak usia muda ketika ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi dan pindah rumah. Bekerja keras menjadi kebiasaan Swar sejak usia muda.
Sejak sekolah menengah, dia bekerja paruh waktu sebagai petugas kebersihan di sebuah sekolah dasar di Les. Pagi-pagi sekali, saat teman-temannya masih tidur, Gede mulai bekerja membersihkan setiap sudut sekolah. Setelah menyelesaikan tugas, dia kembali ke rumah, mandi, dan bersiap-siap untuk sekolah dan belajar seharian penuh.
Setelah kehilangan ayahnya, Gede diasuh oleh pamannya dengan gaya hidup yang sederhana. Tumbuh tanpa orang tua tidaklah mudah, dan meskipun dia bekerja keras, sulit untuk menolak pengaruh negatif dari lingkungannya.
Meski begitu, tekadnya yang kuat untuk memperbaiki masa depannya terlihat saat ia melanjutkan studi di Amisewaka-DLCC. Swar mendapat manfaat dari pendekatan holistik yang diadopsi oleh Amisewaka. Selama enam bulan pertama pelatihan di kampus, ia mengalami banyak tantangan dan perubahan namun berkembang dengan mengagumkan.
Ketekunan dan kerja keras menjadi andalan Swar saat mengikuti on-the-job training di salah satu hotel ternama di Bali Selatan. Dia membuktikan dirinya di bagian “dapur panas (bagian dapur yang menyiapkan makanan-makanan panas)”, di mana dia sering terbukti menjadi pilar kekuatan bagi rekan kerjanya. Manajernya sangat terkesan dengan penampilannya, karena kebanggaannya terhadap pekerjaannya bersinar setiap saat.
Setelah mengalami banyak tantangan sejak usia muda, Swar tidak pernah membayangkan bahwa kesuksesan akhirnya akan berada di genggamannya. Seperti 100 siswa lainnya di kelas perdana Amisewaka, dia memiliki kemauan dan kesempatan yang kuat untuk mengubah masa depannya.