Ni Wayan Widiani, yang dikenal sebagai Widia di kalangan teman dan keluarga, lahir dan dibesarkan di desa Julah, Tejakula. Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara, dia merasa bahwa menjadi anak tertua selalu datang dengan beban harapan dan tantangan tersendiri. Widia memiliki adik perempuan di sekolah menengah (kelas 10) dan adik laki-laki di sekolah dasar (kelas 6), dengan kehidupan mereka saling terkait dalam kondisi yang kompleks. Ayah mereka, seorang sopir truk, bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan keluarga setiap hari. Ibunya, sama tekunnya, membuat sapu dan minyak kelapa untuk dijual kepada tetangga, meskipun pendapatan tersebut tidak terjamin.
Kehidupan tidak selalu baik bagi keluarga Widia. Adik laki-lakinya menderita katarak dan memerlukan operasi mahal yang memerlukan prosedur tambahan dengan biaya tambahan ketika ternyata mata adiknya tidak dapat pulih sepenuhnya.
Widiani dan seluruh keluarganya tinggal di rumah dengan satu kamar tidur dan dapur terbuka yang mengandalkan kayu bakar, serta fasilitas toilet yang sangat buruk. Meskipun kondisi hidup mereka sangat sulit, mereka tidak merasa malu tentang realitas mereka.
Setelah lulus dari Sekolah Kejuruan Bali Mandara (sekolah kejuruan terbaik di Bali Utara, dikenal karena disiplin dan pendidikan berkualitas), Widia memutuskan untuk memasuki dunia kerja. Dia mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai asisten administratif di Koprasi (bank kecil di desa). Setelah beberapa bulan, dia dipekerjakan sebagai administrator proyek oleh pemerintah desa, bertanggung jawab untuk melacak bahan bangunan yang dibutuhkan untuk perbaikan rumah yang disponsori pemerintah. Selain tanggung jawabnya di siang hari, Widia juga mengambil pekerjaan malam sebagai penjual kebab setelah menyelesaikan pekerjaannya untuk pemerintah desa.
Meskipun berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah, Widia tidak pernah berhenti bermimpi untuk melanjutkan pendidikannya. Untuk mencapai ini, dia menyisihkan sebagian dari pendapatan yang susah payah dia dapatkan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang berkepanjangan, Widia tidak pernah kehilangan semangatnya untuk memastikan bahwa adik-adiknya bisa mendapatkan pendidikan terbaik. Untuk alasan ini, dia terus melanjutkan pendidikannya sendiri di Amisewaka – DLCC dan bercita-cita untuk bekerja di industri pariwisata. Widia percaya bahwa pintu-pintu kesuksesannya mulai terbuka, dan di masa depan, dia akan dapat membantu orang tuanya meningkatkan situasi keuangan keluarga mereka. Kisahnya mewakili mengapa Yayasan Komunitas Amicorp mendirikan Amisewaka – DLCC, karena kami percaya bahwa usaha dan pengorbanannya akan berbuah suatu hari nanti, dan bahwa keluarganya akan hidup dalam kondisi yang lebih baik.






